Pabrik Kelapa SawitPabrik Kelapa Sawit

Limbah cair ini dihasilkan dari kegiatan industri atau pabrik yang biasanya banyak menggunakan air. Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Pada pabrik kelapa sawit di Indonesia, umumnya menerapkan sistem berbasis kolam untuk mengolah limbah cair yang dihasilkannya.

Metode ini merupakan sistem tradisional yang bertujuan untuk menekan tingkat BOD sehingga mencapai baku mutu yang sudah ditetapkan sebelum limbah cair tersebut dialirkan/dibuang ke sungai. Prinsipnya adalah air limbah yang diterima akan langsung didinginkan menggunakan kolam atau menara pendingin.

Awalnya limbah cair hasil aktivitas pabrik akan mengalir ke kolam anaerobik lalu dilanjutkan menuju ke kolam aerobik. Ada pula pabrik yang mengarahkan limbah dari kolam anaerobik langsung ke kolam facultative.

Beberapa pabrik juga akan mengolah limbah di dalam kolam anaerobik terlebih dahulu sebelum dialirkan ke kolam aerobik. Dari sini limbah kemudian dibuang ke badan sungai. Rata-rata setiap pabrik kelapa sawit memiliki 20-30 kolam pengolahan limbah.

Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit termasuk limbah yang sangat berbahaya karena tingkat BOD yang dimilikinya mencapai 20.000-25.000 mg/lt. Sedangkan seharusnya baku mutu limbah PKS tidak boleh mengandung BOD lebih dari 250 mg/lt berdasarkan Surat Keputusan Menteri KLH No. Kep. 3/MENKLH/II/91 tanggal 1 Februari 1991. Untuk dapat mengelola limbah sesuai baku mutu tersebut tentu dibutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi dalam membangun instalasi pengolahan limbah yang sesuai.

Cara Pengolahan Limbah Cair di Pabrik Kelapa Sawit

Limbah cair PKS yang selama ini dianggap tidak memiliki nilai tambah, sebenarnya limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai pupuk karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi atau dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena mengandung gas methana.

Untuk pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk, pengolahannya cukup sampai ke tingkat kolam primary anaerobic. Selanjutnya limbah bisa langsung dipakai sebagai pupuk untuk kelapa sawit.

Pemanfaatan limbah cair menjadi pupuk dikenal dengan sebutan sistem land application. Pada proses ini dibutuhkan pengolahan air limbah terlebih dahulu untuk menurunkan tingkat BOD di dalamnya.

Dengan kadar BOD yang sudah semakin menurun, maka air limbah dinilai sudah tidak mengakibatkan pencemaran lagi ke air tanah. Begitu pula dengan kandungan minyak dan zat padat terlarut di dalamnya.

Dalam land application tedapat 4 teknik yang dapat dilakukan dalam pengolahan limbah cair kelapa sawit, yaitu flad bed, furrow, long bed, dan sprinkler. Teknik yang digunakan dalam land application ini dapat disesuaikan dengan kondisi topografi lahan.

Untuk lahan dengan kondisi datar bisa menerapkan sistem long bed atau sprinkler, sedangkan untuk lahan yang berbukit-bukit sebaiknya mengaplikasikan sistem flat bed atau furrow.

Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton TBS/jam akan menghasilkan limbah sekitar 1200m3/hari atau 360.000 m3/tahun. Dengan menerapkan metode flad bed, maka limbah dapat dimanfaatkan menjadi pupuk untuk area perkebunan seluas 360 ha.

Sedangkan dengan metode long bed akan menghasilkan pupuk urea perkebunan seluas 600 ha dan metode furrow seluas 240 ha. Metode sprinkler tidak disarankan untuk digunakan sebab kenyataannya pipa sprinkler sering tersumbat kotoran.

Pembangunan land application ini memiliki akumulasi biaya yang hampir sama dengan biaya pembuatan kolam-kolam pada sistem tradisional. Namun memang untuk biaya operasionalnya akan jauh lebih besar.

Kalau dibandingkan secara materi mungkin memang memakan lebih banyak biaya, tetapi dampak yang lebih baik untuk lingkungan serta dapat menghasilkan pupuk yang tentunya dapat mengurangi biaya untuk pembelian pupuk kelap sawit, hal tersebut tentu dapat menjadi sebuah pertimbangan lain bagi setiap pengusaha kelapa sawit.

Penerapan sistem land application juga mempunyai manfaat lain, seperti memperbaiki kondisi struktur tanah, memperbaiki tingkat keasaman (pH) tanah, meningkatkan kapasitas pertukaran ton, meningkatkan pertumbuhan akar, meningkatkan kelembaban tanah, meningkatkan kandungan bahan organik, serta meningkatkan daya resap air ke dalam tanah.

Dibalik berbagai manfaat yang begitu besar. Pada prosesnya land application memerlukan pengawasan secara ketat. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk tetap mendapatkan manfaat yang maksimal, yaitu dengan melakukan pengawasannya berupa pengolahan limbah di kolam primary anaerobic untuk menurunkan tingkat BOD dari 25.000 mg/lt menjadi 3.000-5.000 mg/lt.

Volume limbah yang diolah juga harus sesuai dengan rekomendasi. Melakukan pemindahan lokasi pengolahan setiap tahun juga menjadi langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga manfaatnya.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan mengunjungi website www.pkt-group.com atau menghubungi whatsapp 0821-2000-6888.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *